21 Juli 2010

XII SI 3 THE MBLAZURR COMMUNITY

Comments

Qiyaaman,….Ikrooman,….Juluusan,….Du’aan, gelegar suara laskar Islamic Programe sektor barat yang terpaksa harus mufaroqoh dari para sahabat XII SI1 & SI2. Pagi itu sang Mursyid SI Pak Udin dengan penuh semangat menerangkan konsep wahdatul wujud dan ditanggapi santai oleh Prof. Adam Smith yang tengah fana’ dalam mimpi-mimpinya. Kala itu sang pujangga cinta Ni’Choliz’ Saputro Dewo Mangunkarto Panguoso Jagat Royo Mangku Wanito limo Tanpo Busono Sedoyo, tengah menerawang jauuuuh, dalam dan lebih dalam ke dimensi lain hidupnya. Belum sempat Anshori Al-Ambarowiy menyelasaikan barisan-barisan sastranya para Mblazurr People harus belajar mengoperasikan program & aplikasi Gho-PhurTM yang dperhatikan dengan seksama oleh pakar tafsir Agam Faith sambil sesekali memuttashilkannya dengan teori Al-Hulul meskipun dianggap Syadz oleh guru besar Ilmu Tafsir Pak Ozi.
Semuanya kini menjadi sebuah cerita lalu yang terangkum dalam buku catatan sejarah para ‘Ashabul Qohwah’ Dlondenk Ar-Rozi, El-Toghar, dan Irwan(syah). Masih segar dalam inagtan saat para pejuang SI akan menjelang UN 2010, dengan gaya khasnya Kang Abi(k) sosok ber-style preman namun berhati humor harus pasang tampang malu-malu bersama Deni ‘Ijo’ Saputro dkk di hadapan lensa kamera Pak Udin yang tampak mengejek mereka.
Sementara di pojok selatan bagian timur Ahmad Cell sang Obsesor dunia selluler naging ora kesampean dan harus banting stir ke dunia menulis tampak sibuk dengan konsep teori Tasawuf Cellulernya. Inilah kami para manusia agresif yang tak segan-segan bersuara lantang pada siapapun sing ora mbeneh tur ora nggenah. Andress Kevin JV sang penggila pepes nogo dan bothok ulo seorang seniman gagal dan terus berobsesi jadi selebritis. Maghfur ‘Othok-othok’ Solikhan yang selalu jadi bahan gojlokane Pak De Takul dan dua punggawanya Si Mahbuuub dan Mukhllizoon Fauzi(bowo). Tak ketinggalan juga Roy’@’, yang selalu menjadi supoter mereka dalam hal gojlokisasi karena manusia satu ini memang penganut paham gojlokisme yang cukup fanatik, dengan semboyan “Everyday anywhen anywhere,penggojlokan tiada henti dan takan mati”.
Saat siang datang menyapa ditambah jam kosong yang sangat mendukung untuk merebahkan tubuh, menjadi saat yang paling dinanti para kroco-kroco penggila bangku kosong. Diantara mereka yang terbujur tak berdaya, tampak anak asli Tegal Rizqi Ariph tengah menelusuri lembar-lembar literatur sejarah sosok fenomenal Syekh Siti Jenar. Juga Qosim, Zaid Al-Farosiy dan munir Al-Batamiy yang masih berdiskusi dengan angka-angka magic & matrix nan sulit dipahami. Di sisi lain ada pakar Taswuf Sunniy Wiwid Hadi Sumitro (bukan Sumatra juga bukan suka minta rokok) yang sedang konsen dengan pelajaran Nahwunya. Tak jauh darinya ada penjelajah Kota Madiun dan sekitarnya, Ahmad Shol(ikien) yang lagi ngobrol dengan Ma’ruph Dwix Si pengoleksi ponsel (meski Cuma titipan aja).
Masih begitu jelas dalam ingatan (yang Normal aja lhoo) saat Pak Ikin berhasil mengguncang kelas kami dengan tawa dan membangunkan Ki siBaweh yang tengah terlelap setelah hampir semalam penuh bermeditasi dan Uzlah bersama Bung Tomo dengan ditemani seteko cairan hitam kopi tubruk (Asli Lhoo…).
Satu kebanggaan kami memiliki sang khottot asal Jambi, Mukhtar an-Naskhi yang handal dalam segala hal (sing penting mambu Khot). Tak lupa pula sosok kalem asal kota pak SBY, the Zaenal ar-Ipien yang tetep santai ‘n enjoy aja meskipun digojloki Jupe sama temen-temen. Shodix yang lagi hobi hafalan Dzikrul sebagai tiket ambil ijasah, dan partner duduknya Om Edi sang penakluk wanita yang udah punya lebih dari 20 koleksi kenalan cewek seantero Ponorogo dan Karesidean Madiun. N terakhir Ustadz gaul asal Madiun, Sobroni (bukan sembrono lho yoo…).
inilah kami para anggota SI (Suluk Ilallah), yang terus mencari sesuatu yang Shokhikh dan kami tak suka dengan hal-hal Maudhu’ yang penuh dengan distorsi dan manipulasi. Disinilah mimpi dan cita-cita mereka ciptakan. Di sini pulalah mereka bebas untuk berekspresi, berapresiasi dan beraspirasi, meskipun terkadang dianggap Mardud dan menentang aturan. Itu semua kami lakukan bukan karena didasari ego semata namun juga karena sebuah keinginan yang sebenarnya baik. Hanya saja mungkin Thuruquhu wa adaihi-nya saja yang terkadang terkesan radikal. Namun yang jelas semua itu telah termaktub dalam warna-warni tawa, canda, dan air mata yang telah berittihad dalam sebuah peristiwa yang bernama SEJARAH.
Kami tak hanya sekedar firqoh besar saja namun sebuah komunitas yang terus mencari perubahan untuk bisa menjadi Agent of Change, dan kami adalah MBLAZURR COMMUNITY. (Mblazurr Community!!!... Worr…Worrr).(amd/mas)