Waktu terus berjalan seiring revolusi bumi mengelilingi matahari sesuai teori heliosentris-nya Nicolaus Copernicus. Waktu merupakan sesuatu yang tak akan kembali kepada hitungan mendekati nol. Waktu akan terus berjalan walaupun ada yang menangis dan bersujud memintanya berhenti mengalunkan sistem kinerja pengembaraan tanpa henti. Kebersamaan merupakan bom waktu yang ketika jatuh temponya akan meledakkan rumus-rumus keharuan yang mengeksekusi nilai-nilai kebahagiaan yang telah terjahit melayari tahun-tahun yang baru tersadari setelah akan mengalami sebuah tatanan takdir yang disebut dengan “PERPISAHAN”. Tawa, canda, duka, cita, karsa, dan rasa adalah aksara-aksara kenangan yang termaktub dalam kompleksnya susunan otak manusia secara rapi dan otomatis terwujud dan maujud saat ledakan itu terjadi.
Sudah tak dapat didebat lagi bahwa lapisan masyarakat yang disebut dengan kaum muda sangatlah potensial bagi timbulnya perubahan pada setiap sudut hiruk-pikuk kemajuan dan perkembangan susunan kehidupan yang semakin meng-kompleks-kan diri secara ritmik. Kami, Duabelas pa IPA M-A Dar El-huda adalah komunitas kecil yang mencoba menduplikasikan sederetan logika, mendeskripsikan kode genetik mimpi, dan menjadi plagiat setia para ilmuwan yang tak pernah melupakan arti sebuah proses, sebagaimana ungkapan Paradoks Edison Pasal 20 ayat 1 ,”Jangan hanya menjadi konseptor yang pandai berkhayal, tapi jadilah kreator dan nikmatilah proses”. Dengan dasar insan yang berilmu Duabelas pa IPA berusaha memetik dawai amal, sehingga menimbulkan resonansi taqwa, dan dengan diiringi irama akhlaqul karimah.
Deretan bangku bagai unsur berkala seolah jadi saksi bisu dalam metamorfosis menuju lebih baik agar suatu saat kami dapat melompat dari batu kebodohan menuju matriks keilmuan dan mentransmisikan nilai-nilai positif ke dunia yang penuh dengan teori imajinasi dari angka nol hingga tanpa jangkauan yang nyata.
Kami belajar mencintai dari penerimaan. Kami belajar khawatir dari ketakutan. Kami belajar untuk merasa bersalah dari dipermalukan. Kami belajar percaya diri dari dorongan. Kami belajar untuk memaafkan diri sendiri dari belas kasihan. Kami belajar merasa malu dari ejekan. Kami belajar untuk beriktikad baik dari kejujuran. Kami belajar menghormati dari kepedulian dan iktikad baik. Dan kami belajar memahami tujuan hidup dari pengakuan.
Inilah kami, susunan legiun kecil dengan harapan besar menggantungkan cita setinggi asa mencoba menyapa dunia dengan gaya kami yang khas. Meski tak seberapa yang kami petik dari pohon keilmuan, namun kami akan terus mengukir di atas batu keyakinan bahwa : Jenius adalah 1% inspirasi dan 99% kerja keras.
Finally, thanks, untuk semua : Bapak Kepala Sekolah, Bapak Dewan Guru, Pasukan Tata Usaha Sekolah, dan semua pihak yang berkaitan dalam proses transkripsi ilmu dalam usaha mencetak insan reduktor, sehingga mengalami kenaikan bilangan oksidasi keilmuan demi terciptanya generasi bangsa yang mampu merekonstruksi masanya untuk mencapai kemajuan yang berarti.
Ucapan syukur tak lupa kami haturkan kepada pencipta alam semesta, ALLAH SWT, yang nikmatnya tak dapat dihitung dengan mesin apapun, rumus apapun, dan oleh ilmuwan manapun.
Meski suatu saat mentari tak lagi menampakkan sinarnya dan pelangi tak lagi berwarna, kami akan tetap mengukir cita dan mewarnai dunia. Karena kami yakin bahwa cita-cita adalah ledakan inspirasi ditambah ribuan percobaan, atau akar kuadrat dari ribuan kesalahan dan kegagalan. Seperti halnya Edison saat merayakan kemenangannya dulu. Seorang wartawan bertanya tentang apa yang dirasakan sang ilmuwan setelah kagagalan ke-9.999. Seketika matanya memerah. Edison berkata dengan mantap,”Aku tidak pernah gagal. Keberhasilanku yang kuraih pada percobaan ke-10.000 itu adalah klimaks dari belum sempurnanya semua upayaku sebelumnya. Jadi, sekali lagi, jangan pernah bicara kegagalan. Itu adalah proses. Aku tidak akan pernah berhasil kalau aku berhenti di percobaan ke-9.999………..!”

DAN HANYA BILA CUACA CUKUP GELAPLAH ANDA BISA MELIHAT INDAHNYA KILAU CAHAYA BINTANG ( Bpk. Budi Santoso )
Selamat jalan sahabat ……………
Selamat berjuang………


26 Mei 2010